JAKARTA – Ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5), kembali membuat pilu negeri. Sebelas orang meninggal akibat peristiwa ini dan 45 orang mengalami luka yang dua diantaranya anggota kepolisian.

Peristiwa ini membuat geram seluruh pihak. Sebab, sebelumnya pada Selasa dan Rabu (8-9 Mei 2018), lima anggota polisi gugur dalam kasus penyanderaan dan penyerangan dengan pelaku narapidana teroris di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Sayangnya ada kelompok yang memanfaatkan untuk menyerang pemerintah dari peristiwa ini. Seperti kelompok oposisi, Fadli Zon yang bernyanyi dalam twitternya. Ia mengaitkan peristiwa ledakan bom gereja dengan politik.
“Terorisme biasanya bkembang di negara yg lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, byk kemiskinan n ketimpangan dan ketidakadilan yg nyata,” tulis Fadli di akun Twitter-nya.
Tudingan miring lainnya terhadap pemerintah diutarakan Ketua Fraksi PPP di DPR, Reni Marlinawati. Dalam keterangan resminya, Reni menyebut BIN tidak bisa mendeteksi secara dini peristiwa itu. Reni lalu mendesak BIN untuk melakukan evaluasi di internal atas kinerja aparat di lapangan.
Namun, hal itu dibantah Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, kalangan intelijen sebenarnya sudah mencium adanya pergerakan dan pergeseran sekitar 57 orang yang dicurigai sebagai teroris.
“Mereka bergeser dari daerahnya masing masing menuju Jakarta. Mereka berasal dari Pekanbaru, Tegal, Karawang, Indramayu, Cirebon, dan Tasikmalaya. Pergeseran ini berhasil dipantau intelijen tapi Kelompok Suki dari Cirebon belakangan berhasil menghilang dari “radar” intelijen,” kata Neta.
Ia menuturkan, belum jelas apakah kelompok Suki yang melakukan teror di Surabaya atau tidak. Neta menegaskan, kepolisian sudah melakukan pagar betis untuk mengantisipasi aksi kelompok teror ini.
Neta menambahkan, IPW berharap jajaran kepolisian di daerah maupun kalangan intelijen kepolisian meningkatkan kepekaannya. Deteksi dini dan antisipasi dini perlu dilakukan terus menerus.
“Pasalnya, pasca kerusuhan di Rutan Brimob kalangan intelijen sudah melihat adanya pergerakan jaringan teroris. Pergerakan itu makin masif pada Jumat siang hingga malam hari dimana kalangan intelijen menyebutkan adanya 57 anggota teroris dari enam daerah bergeser, terutama ke ibukota Jakarta. Beberapa di antaranya berhasil diciduk di wilayah Polda Metro Jaya,” tuturnya.