JAKARTA – Partai Gerindra selalu negatif terhadap pemerintah. Dalam setiap kesempatan, selalu melontarkan pernyataan provokatif yang menyudutkan pemerintah. Seperti arus mudik Lebaran. Seluruh masyarakat yang menggunakan arus mudik menyebut mudik lancar dan bahkan mengapresiasi dengan stiker terima kasih Mr Jokowi, hanya Gerindra yang menyatakan kontra.

Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPP Partai Gerindra, Habiburokhman memfitnah pemerintah dengan menyebut mudik tahun ini seperti neraka.
“Sangat tidak lancar, saya ini ‘mudikers’, setiap tahun mudik,” kata Habiburokhman di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/6).
Politisi yang pernah mengatakan akan terjun dari Monas ini menuturkan, saat akan mudik ke Lampung, ia berencana membawa pulang serta kendaraan pribadinya melalui Pelabuhan Merak. Mudik dilakukan pada H-2 Lebaran.
“Mobil saya nyangkut dari habis sahur sampai jam 12.30 siang baru naik kapal gitu loh, itu lancar apanya. Itu namanya ‘neraka’ mudiklah gitu,” ujarnya.
Ia kemudian menuding propaganda mudik lancar yang diserukan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) gagal. Ia menilai macet menuju Pulau Sumatera disebabkan batalnya pembangunan Jembatan Selat Sunda. Padahal, menurutnya, dibangunnya jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera itu akan mengurai kemacetan saat arus mudik.
Pernyataan Habiburokhman ini sangat bertentangan dengan berbagai komentar positif dari masyarakat yang justru berterimakasih terhadap Presiden Joko Widodo karena tahun ini mudik terasa lebih nyaman, aman dan lancar.
Apa yang dikatakan Habiburokhman tidak merepresentasikan seluruh pendapat masyarakat yang umumnya memiliki persepsi positif terhadap perbaikan yang signifikan pada penyelenggaraan mudik tahun 2018.
Sebagai masyarakat yang mengaku mudikers, seharusnya Habiburokhman paham jika pada puncak arus mudik volume kendaraan meningkat, namun hal tersebut cepat tertangani dan pihak kepolisian secara intens melakukan patroli. Oleh sebab itu, opini tersebut tidak akan mendapatkan tempat dan hanya terlihat sebagai upaya oposisi yang selalu ingin menjelek-jelekkan pemerintah.