Jakarta – Ketua DPP Partai NasDem Irma Suryani Chaniago menilai tidak ada hal substansial di dalam Reuni Aksi 212 yang digelar di Monas, Jakarta, Minggu (2/12).

Pernyataan itu disampaikan Irma menanggapi calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang marah lantaran Reuni Aksi 212 tidak banyak media yang memberitakan.
Menurut Irma, aksi Reuni 212 berbeda dengan kampanye yang memiliki substansi untuk diberitakan.
“Kalau cuma reunian kan tidak ada yang substansial untuk diberitakan. Jadi menurut saya wajar kalau ada yang tidak diberitakan,” ujar Irma saat dihubungi, Kamis (6/12).
Irma justru mempertanyakan alasan Prabowo marah. Padahal menurutnya Prabowo hanya diundang hadir dalam acara tersebut.
Kata Irma, Prabowo berhak marah jika membiayai semua keperluan acara tersebut.
“Undangan (tamu) kan tidak rugi apa-apa, cuma datang dan tidak keluar biaya. Kecuali undangan yang membiayai semua, wajar marah,” ujarnya.
Di sisi lain, Irma juga menyinggung klaim Prabowo yang menyebut peserta Reuni 212 mencapai 11 juta orang. Ia mengaku tidak sepakat dengan jumlah itu lantaran tidak sesuai fakta.
Meski tak menyebut jumlah pasti, Jubir TKN Joko Widodo-Maruf Amin ini berkata penghitungan jumlah massa Reuni 212 bisa dilakukan dengan membagi luas area aksi dengan asumsi luas satu peserta.
“Kan, gampang ngitungnya. Sudah banyak kan yang ahli,” ujar Irma.
Irma menambahkan peserta Reuni 212 tidak seluruhnya mendukung Prabowo. Ia berkata ada pendukung Jokowi di dalam Reuni 212 meski mereka tidak mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Yang hadir juga banyak kok, yang dukung Jokowi juga. Karena kan (ini) reuni. Dulu tidak dukung Ahok bukan berarti tidak dukung Jokowi lho,” ujarnya.
Sementara itu Wakil Direktur Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Lukman Edy menilai pemberitaan Reuni Aksi 212 di media mainstream sesuai fakta sebenarnya.
“Media cetak dan elektronik menurut saya punya tanggungjawab untuk menyampaikan apa adanya,” ujar Lukman di Pokso Jokowi-Ma’ruf Amin, Jalan Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (6/12).
Lukman menilai, jika Prabowo menyatakan bahwa terdapat framing negatif dalam pemberitan Reuni 212, itu merupakan pendapatnya.
“Kalau kemudian objektivitas media dianggap sebagai pihak yang negatif terhadap gerakan 212 dan negatif terhadap Pak Prabowo yang berada di belakangnya. Itu kan bagian subjektivitas dari Pak Prabowo sendiri,” ucapnya.
Politikus PKB ini mengingatkan Prabowo bahwa media tidak bisa didikte. Lukman ingin semua pihak menghormati kebebasan pers.
“Terakhir saya mengatakan pelan-pelan kan, akhirnya karakter Pak Prabowo itu muncul, karakter ingin mendikte media, karakter ingin memframing media. Ini kan yang seperti-seperti ini kan 20 tahun lalu, yang bisa dilakukan sekarang sudah enggak bisa,” tandasnya.
Prabowo Subianto sebelumnya geram terhadap media yang tidak objektif memberitakan Reuni Aksi 212 pada Minggu (2/12) lalu. Kekesalan itu diluapkan saat menghadiri acara peringatan Hari Disabilitas ke-26 di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Rabu (5/12) kemarin.