JAKARTA – Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto memiliki catatan buruk dalam karir. Di militer, Prabowo dipecat.

Mayjen (TNI) Syamsu Djalal angkat bicara soal kasus penculikan aktivis pada 1997. Mantan Danpuspom TNI yang mengusut kasus penculikan aktivis itu mengatakan Tim Mawar Kopassus mengakui telah menculik sejumlah orang.
Mereka juga mengaku melakukan penculikan karena diperintah oleh Danjen Kopassus saat itu yakni Prabowo Subianto.
“Komandan Tim Mawar (Mayor Bambang Kristono) mengaku kalau melakukan penculikan atas perintah komandannya yakni Danjen Kopassus,” kata Syamsu di depan ‘Konsolidasi Korban Pelanggaran HAM’ di Gedung Joeang ’45, Jakarta, Rabu (25/6).
Saat itu, Syamsu merasa aneh lantaran yang diculik tidak membahayakan negara. Dia lantas memanggil semua korban yang selamat untuk meminta keterangan.
“Dan yang saya heran kenapa Pius (korban penculikan selamat) gabung ke Gerindra (ikut Prabowo). Kenapa gerangan?” katanya dia.
Sebelumnya, hal berbeda disampaikan oleh manntan Danpuspom TNI Mayjen (Purn) Djasri Marin. Djasri yang menjabat Danpuspom menggantikan Mayjen (Purn) Syamsu Djalal itu menyatakan Prabowo tak terlibat dalam penculikan aktivis 1997.
Menurut Djasri, penyelidikan yang dilakukan pihaknya saat itu hanya menemukan kesalahan Tim Mawar bergerak sendiri atau dengan kata lain tidak diperintahkan Prabowo yang saat itu menjabat Komandan Jenderal Kopassus.
“Bukan inisiator. Kalau seandainya pemberi perintah dalam hukum itu adalah orang yang turut serta, orang yang memerintahkan atau orang yang melakukan. Tiga-tiganya itu tentu dia (Prabowo) tidak ada. Peran Prabowo pada saat itu tidak ada peran apa-apa,” ujar Djasri sesaat hendak memberikan keterangan kepada badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Jakarta, beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Letjen Prabowo Subianto diberhentikan dari dinas militer karena diduga terlibat penculikan 13 aktivis yang hingga kini masih hilang. Prabowo sempat tinggal di Yordania dan kembali ke Indonesia lalu terjun ke dunia politik.
Hal senada dikatakan mantan Anggota Dewan Kehormatan Perwira yang menangani kasus dugaan penculikan sejumlah aktivis dengan tertuduh Prabowo Subianto pada 24 Juli 1998, Letnan Jenderal Fachrul Razi, mengatakan Prabowo bisa terancam hukuman mati jika kasusnya dibawa ke Mahkamah Militer.
Musababnya, kata Razi, tim sudah menemukan bukti cukup yang menyebutkan Prabowo terlibat dalam penculikan dan penghilangan orang. “Andai dibawa ke Mahkamah Militer, Prabowo bisa dihukum mati,” kata Fachrul saat dihubungi Tempo, Rabu, 12 Juni 2014.
Namun, menurut Fachrul Razi, Dewan Kehormatan Perwira memilih tidak membawa kasus mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu ke Mahkamah Militer.”Demi rasa setia kawan,” kata dia. Pertimbangan lain, kata Fachrul Razi, adalah status Prabowo masih menjadi menantu Presiden Soeharto.
Sebelumnya, beredar surat bernomor KEP/03/VIII/1998/DKP yang menyebut sebelas pertimbangan yang melatari rekomendasi pemecatan Prabowo, kini calon presiden yang diusung poros koalisi Partai Gerindra. Pertimbangan itu antara lain, penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran prosedur, seperti pengabaian sistem operasi, hierarki, serta disiplin hukum di lingkungan ABRI.
Surat rekomendasi pemecatan Prabowo ditandatangani Ketua Dewan Kehormatan Perwira, Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo dan enam anggota berpangkat letnan jenderal, yaitu Djamari Chaniago, Fachrul Razi, Yusuf Kartanegara, Agum Gumelar, Arie J. Kumaat, serta Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain itu, Prabowo dikenal sebagai sosok temperamen dan cenderung merendahkan orang lain. Sebut saja kasus penyebutan wajah Boyolali yang berakibat aksi unjuk rasa warga Boyolali.
Ia juga sempat menghina karakter orang Indonesia timur. Prabowo mengatakan, “mau dengar sifat-sifat orang Indonesia timur? Orang Indonesia timur itu cepat naik pitam, tapi cepat juga turun. Orang Indonesia timur itu suka melanglang buana, senang pesta, hatinya lurus, kalau bicara apa adanya. Kadang-kadang dianggap terlalu keras,” kata Prabowo .
Selain itu, “Orang Indonesia timur itu suka berkelahi, makanya cocok masuk tentara atau polisi. Atau jadi pelaut. Orang Indonesia timur itu walaupun suka berantem tapi orang-orangnya setia.”
Terakhir, kata Prabowo ,”orang Indonesia timur makannya banyak sekali. Makannya banyak, saudara-saudara sekalian. Makanya pemimpin Indonesia harus mengurus pertanian, supaya rakyatnya cukup makan.”
Tenriagi Malawat, seorang dokter asal Makassar, misalnya, menyebut Prabowo sesungguhnya memiliki kesan negatif terhadap orang-orang Indonesia timur. “Negatif, kawan. Itu maksudnya negatif,” tulis Tenriagi dalam sebuah perdebatan di Facebook.
Ia jelas tak suka, kesan Prabowo terhadap orang Indonesia timur itu. “Masalahnya, saya dan (sebagian) orang-orang Indonesia timur tidak suka disebut jelek, terus ada ‘tapi’-nya di belakang, dikatain trus dibujuk lagi setelahnya. Disebut negatif lalu diluruskan lagi kemudian. Kita bukan anak-anak yang mudah dibujuk,” katanya.
Menurut Tenriagi, kalimat-kalimat orasi Prabowo jelas mengklasifikasikan orang Indonesia timur secara aneh. “Negatif kesimpulannya. Kasihan bila masih banyak yang menganggap omongan tadi bermaksud baik,” tulis Tenriagi.