JAKARTA – Pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo berhasil mengendalikan kestabilan inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di kisaran lima persen.Dari sisi inflasi, Jokowi menyebutkan, pemerintah setidaknya telah berhasil membuat inflasi Ramadan lalu di bulan Mei stabil, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya yang rentan dengan inflasi tinggi.

“Bahkan di bulan Mei 2017, yaitu menjelang bulan puasa, tercatat inflasi kita hanya sebesar 0,39 persen,” kata Jokowi di Ruang Sidang Paripurna DPR/MPR.
Jokowi menjelaskan, catatan inflasi sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) Januari-Juli 2017 sebesar 2,6 persen. Sementara itu, inflasi sepanjang tahun ini pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 dipatok sebesar 4,3 persen.
Jokowi pun menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berhasil terjaga pada kisaran 5,01 persen pada enam bulan pertama tahun ini. Data pertumbuhan ekonomi tersebut membuat pemerintah meyakini bisa mencapai angka 5,2 persen di akhir tahun sesuai dengan yang telah dirumuskan dalam APBNP 2017.
Jokowi menambahkan, tingkat inflasi yang stabil dan pertumbuhan ekonom tersebut cukup ampuh memberi penghasilan dan menopang pengeluaran masyarakat, yang selanjutnya berimbas pada penanggulangan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran. Hasilnya, sambung Jokowi, tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat turun, dari Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang menjadi 27,77 juta orang pada Maret tahun 2017.
“Begitu juga Indeks Rasio Gini Indonesia, yang mengukur tingkat kesenjangan ekonomi, terus membaik dan mencapai 0,393 di bulan Maret 2017, turun dibandingkan dengan angka bulan September 2014 yaitu 0,414,” tutur Jokowi.
Sementara itu Pejabat Kantor Staf Presiden (KSP) memaparkan dalam tiga tahun perjalanan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berhasil menurunkan angka inflasi nasional dari 8,36 persen pada 2014 menjadi 3,61 persen pada 2017. “Secara nasional angka inflasi turun cukup tajam dalam tiga tahun terakhir sehingga harga-harga makin terjangkau,” kata Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho di Padang, seperti dilansir Antara, kemarin.
Tidak hanya itu pertumbuhan ekonomi di Tanah Air juga cukup stabil berada pada posisi 5,01 persen pada triwulan I 2017. Dibandingkan negara lain Indonesia relatif stabil di tengah melambatnya ekonomi dunia seperti Thailand hanya tumbuh 3,7 persen, Korea Selatan 2,7 persen dan Rusia 2,5 persen, kata dia. Ia mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu tinggi tapi masuk nomor empat di negara-negara G20.
Pada sisi lain perbaikan kemudahan berusaha rangkingnya juga terus naik jika pada 2014 rangking 120, 2017 menjadi rangking 72, lanjut dia. Kemudian rasio kewirausahaan Indonesia naik dari 1,65 persen pada 2014 menjadi 3,01 persen pada 2017. Sementara Dekan Fisip Unand Alfan Miko menilai evaluasi penting bagi pemerinta karena itu perlu didengarkan masukan dan pendapat dari berbagai pihak termasuk yang kritis terhadap pembangunan.
Pemerintah berharap jarak inflasi nasional Indonesia dengan negara tetangga tidak terlalu jauh. Inflasi nasional Indonesia di akhir 2017 sebesar 3,61 persen, sedangkan di negara tetangga seperti Malaysia 3,40 persen, Filipina 3,30 persen dan Vietnam 2,60 persen. “Kita ingin inflasi kita tidak jauh dari negara-negara lain, ya negara-negara partner perdagangan kita di dunia internasional,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.
Kendati demikian, Darmin menyatakan inflasi Indonesia memperlihatkan tren penurunan. Sehingga, target inflasi pun ditargetkan akan terus menurun, yaitu pada 2017 target inflasi 4 plus minus 1 persen, kemudian 3,5 plus minus 1 persen pada 2018. “Kita itu kan secara nasional ada target inflasi yang akan dimunculkan di APBN dan target itu selalu antara sekian plus minus 1. Mulai 2020 dia akan menjadi 3 plus minus 1,” kata dia.