JAKARTA – Olah raga Indonesia memasuki masa emas di masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Terbukti saat Asian Games 2018, atlet Indonesia menjadi juara umum dengan menduduki peringkat empat.
Indonesia meraih 31 medali emas, 24 medali perak dan 43 perunggu. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan posisi Indonesia saat Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Pada 2014, jumlah medali yang diperoleh kontingen Indonesia hanya 4 emas, 5 perak dan 11 perunggu dengan total 20 medali sedangkan pada 2018, Indonesia mendapatkan 31 emas, 24 perak dan 41 perunggu dengan total 96 medali.
Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia berencana untuk mengajukan diri sebagai kandidat tuan rumah olimpiade pada tahun 2032.
“Dengan pengalaman yang kita miliki dalam penyelenggaraan Asian Games ke-18 ini, kita yakin juga bisa dan mampu menjadi tuan rumah untuk perhelatan yang lebih besar,” kata Presiden saat konferensi pers bersama Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach dan Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Ahmad Al-Fahad Al-Sabah di Istana Kepresidenan Bogor, Sabtu (1/9).
Prestasi ini tidak lepas dari tangan dingin Jokowi. Jokowi Efek memberi semangat tersendiri bagi para atlet. Para atlet terpacu dengan perbaikan fasilitasi serta sarana dan prasarana olah raga, pemberiaan bonus dan mengangkat atlet berprestasi menjadi PNS di Kemenpora serta selalu memberikan semangat kepada para atlet agar melakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Semua bentuk perhatian Pemerintah diberikan agar para atlet berprestasi memiliki massa depan yang lebih baik.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, Presiden Jokowi juga memberikan bonus langsung kepada atlet dan pelatih peraih medali di Asian Games 2018 tanpa dipotong pajak. Kebijakan Jokowi memberikan bonus membuat atlet dan pelatih senang serta merasa dihargai oleh Pemerintah segala usaha dan jerih payahnya mengharumkan nama bangsa.
