JAKARTA – Direktur Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas mengatakan opini kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ramai akhir-akhir ini dinilai tidak terjadi secara alamiah. Menurut hasil survei yang dilakukan SMRC, opini itu muncul setelah dimobilisasi oleh kekuatan politik tertentu.

“Terutama pendukung Prabowo, mesin politik PKS dan Gerindra,” kata Sirojudin, di Kantor SMRC, Jakarta.
Menurut Sirojudin, kesimpulan itu diperoleh dari temuan-temuan survei opini publik nasional yang dilakukan SMRC dalam isu kebangkitan PKI. Gejala mobilisasi, kata Sirojudin, terlihat dari warga yang memiliki akses media massa, terutama media sosial.
Survei SMRC menunjukkan, orang-orang yang percaya isu kebangkitan PKI (12,6 persen dari responden) yaitu mereka yang tergolong intensif mengakses berbagai media.
“Terutama media internet dan koran,” ujar Sirojudin.
Ia menambahkan, hasil tabulasi silang dengan preferensi partai politik menunjukkan, mereka yang percaya PKI ‘bangkit’ kebanyakan merupakan pemilih PKS (37 persen), Gerindra (20 persen), dan PAN (18 persen).
Mereka yang percaya PKI ‘bangkit’ berusia di bawah 21 tahun.
“Harusnya yang lebih tahu bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI adalah kalangan warga yang senior. Sebab, mereka (para senior) lebih dekat masanya dengan masa PKI hadir di pentas politik nasional dibandingkan warga yang lebih junior, atau produk masa reformasi,” kata dia.
Sirajudin melanjutkan, berdasarkan sebaran wilayah, mereka yang percaya PKI ‘bangkit’ mayoritas berada di wilayah DKI Jakarta, Banten, Sumatera Barat, dan Jawa Barat.
Semua demografi tersebut beririsan dengan pendukung Prabowo. Hasil survei SMRC juga menunjukkan mayoritas yang percaya isu PKI bangkit adalah muslim (14 persen), ketimbang pemeluk agama lain (satu persen).
Sementara itu Sosiolog Universitas Indonesia Tamrin Amal Tomagola mengatakan, mereka yang percaya isu kebangkitan PKI, yaitu muslim yang berasal dari Sumatera Barat, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Ini beririsan dengan hasil survei SMRC tentang khilafah.
“Pada saat itu temuannya, mereka yang mendukung khilafah dan bersimpati kepada ISIS di daerah Sumatera Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, memang menunjukkan kelompok Muslim, kelas menengah, cukup santri, cukup fanatik. Jadi hasil survei ini konsisten,” tutur Tamrin.