JAKARTA – Surat rekomendasi kandidat dari Presidium Alumni 212 kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) beredar luas di media sosial. Surat tersebut tampak diajukan kepada Ketua Majelis Syura dan Presiden PKS. Surat ditandatangani oleh KH Abdul Rasyid AS, KH Muhammad Al Khathath, dan Aru Seif Asadullah.

Surat ini menjadi viral dan mendatangkan reaksi pro/kontra. Sangat disayangkan, aksi 212 yang dahulu diklaim sebagai aksi bela agama kini menjadi aksi politik setelah mantan Ketum PSSI, La Nyalla Mattalitti bersuara.
Dalam surat itu diketahui Alumni 212 mengajukan lima nama untuk maju dalam Pilkada serentak. Mereka adalah Dede Muharam untuk Walikota Cirebon, Nur Sukma untuk Walikota Bogor, Leo Munawar Siregar untuk Walikota Padang Sidempuan, La Nyalla Mattalitti untuk Gubernur Jawa Timur dan Aji Dedi Mulawarman untuk Gubernur Kalimantan Timur.
Dalam surat itu juga disebutkan, para tokoh merupakan para penggerak Aksi Bela Agama 411 dan 212. Modus Aksi Bela Agama ini semakin diketahui. Jualan agama yang dulu digembar-gemborkan dengan gerakan Al Maidah 51 ternyata hanya kedok untuk mengumpulkan massa di Pilkada.
Gelombang massa Islam yang terhimpun dalam Aksi ini dimanfaatkan oleh para petinggi Aksi 212 sebagai modal di Pilkada 2018. Di awal 2018, isu identitas yang sukses digunakan oleh pemimpin Aksi 212 di Pilkada Jakarta, terlihat mulai digunakan di wilayah lain. Kampanye hitam secara masif mulai didengungkan.
Sebagai pemilih, kita harus cerdas dalam memahami konstelasi politik. Penggiringan opini yang ada harus disikapi dengan kritis.