JAKARTA – Manuver tim Front Pembela Islam (FPI) semakin aneh pasca dicekalnya Habib Rizieq Shihab oleh pemerintahan Saudi Arabia. Mereka bahkan membuat cerita dramatis dengan menyebut Rizieq diperlakukan layaknya tahanan rumah.

Hal itu dikatakan Juru Bicara FPI Slamet Ma’arif. Ia mengatakan, Rizieq saat menerima tamu juga dibatasi dengan jumlah maksimal lima orang.
“Jadi saat ini pencekalannya itu mulai meningkat. Awalnya tamu dibatasi. Sekarang sudah mulai diperkecil lagi. Tidak bisa lebih dari lima. Nah kemudian indivasi terakhir malah tidak bisa keluar rumah sama sekali. Jadi betul-betul kayak tahanan rumah,” kata Slamet di kediaman Djoko Santoso, Jalan Bambu Apus Raya, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (29/9) malam.
Ma’arif kemudian membuat empati berlebihan dengan menuturkan, Badan Intelijen Negara (BIN) sampai menyewa rumah di sekitar tempat tinggal Rizieq. Informasi tersebut diperolehnya dari kerabat dekat Rizieq yang berada di Mekkah.
“Info yang saya dapatkan dari kawan yang di sana yang deket dengan Habib ya memang polisi Saudi Arabia sudah patroli di depan rumah, bahkan informasi yang saya dapatkan juga bahkan BIN sendiri menyewakan rumahnya yang letaknya di depan rumah habib. Infonya begitu, ada rumah yang disewa BIN untuk jadikan kantor memantau Habib Rizieq info dari kawan kawan di sana,” ujarnya.
Ma’arif mengaku jika Rizieq sangat ingin pulang ke tanah air. Bila diperbolehkan pulang, Rizieq lebih senang pulang ke Indonesia dari pada menyelesaikan disertasinya di Malaysia.
Tentu saja pernyataan Ma’arif adalah hoax atau cerita karangan karena tidak mungkin keberadaan BIN tidak di tolak ataupun tidak diketahui oleh Arab Saudi. HRS ingin pulang ke Indonesia saja sampai mengarang cerita fitnah.
Sensasi ini merupakan propaganda negatif, FPI dan HRS mulai melakukan drama playing victim sehingga seolah-olah pemerintahan Jokowi sangat tidak suka dengan HRS. BIN masih memiliki banyak kerjaan yang harus dilakukan daripada memantau HRS.
Rekam jejak FPI dan HRS selama ini seharusnya menjadi peringatan bagi masyarakat. Ucapan HRS dan FPI serta para pengikutnya tidak perlu diladeni tetapi harus dicerna karena sebagian besar adalah kebohongan untuk memancing situasi memanas dan menaikkan kembali isu Pemerintah anti Ulama.