JAKARTA – Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengajak umat Islam memaafkan putri Presiden Pertama RI, Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri. Menurut Mu’ti, Sukmawati tidak berniat menghina Islam lewat puisi ‘Ibu Indonesia’.

“Saya kira Ibu Sukmawati tidak bermaksud menghina Islam. Sepertinya beliau bermaksud agar bangsa Indonesia tetap memelihara budaya Indonesia dengan senantiasa berbusana dan berbudaya nasional. Terkait dengan azan yang tidak merdu, mungkin yang biasa beliau dengar sedang pas tidak merdu,” kata Mu’ti, Selasa (3/4).
Mu’ti menambahkan, Sukma berasal dari keluarga muslim yang taat beribadah. Orangtua Sukma, yaitu Soekarno dan Fatmwati merupakan seorang muslim yang taat beribadah. Selain itu, Kakek Sukma, KH Hasan Din di Bengkulu juga tokoh agama di Bengkulu. Ia menyebut Sukma sedang melakukan otokritik dan berupaya menyampaikan pesan untuk memelihara budaya Indonesia.
“Sebagai seorang muslimah tidak mungkin beliau berniat dan sengaja menghina Islam dan umat Islam. Lebih tepatnya beliau sedang melakukan otokritik,” ujarnya.
Mu’ti menilai keimanan Sukma mungkin sedang lemah dan Muhammadiyah siap mendampingi jika Sukma ingin memperdalam Islam. Ia meminta umat Islam tidak bereaksi berlebihan atas puisi tersebut.
“Sebagaimana mengatakan sendiri, pemahaman Islam-nya lemah atau kurang. Karena itu umat Islam sudah seharusnya memaafkan beliau. Dan jika beliau ingin meningkatkan dan memperdalam Islam, Muhammadiyah siap mendampingi dan bersama-sama mengamalkan Islam,” tutur dia.
Mu’ti mengajak umat Islam tetap menjaga situasi yang kondusif, menjaga persatuan bangsa, dan menjadi teladan dalam kehidupan kebangsaan.
Sebelumnya, Sukma telah angkat bicara mengenai puisi yang dipersoalkan. Menurut Sukma, tidak ada unsur SARA dalam puisi yang dibacakannya pada acara memperingati 29 Tahun Anne Avantie Berkarya dalam Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center, Rabu (28/3) lalu.
“Sebagai budayawati berperan bukan hanya sebagai Sukmawati saja, namun saya menyelami, menghayati, khususnya ibu-ibu di beberapa daerah. Ada yang banyak tidak mengerti syariat Islam, seperti di Indonesia timur, di Bali, dan daerah lain,” kata dia.