JAKARTA – Kontroversi antara La Nyalla Mattalitti dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mengenai mahar sebagai calon kepala daerah di Pilkada Jawa Timur terus bergulir. Sejumlah pendapat pro dan kontra mengiringi pemberitaan ini.

Keberanian La Nyalla yang mengungkap mahar membuka praktik politik yang selama ini terjadi di ajang Pilkada, di antaranya oleh Gerindra. Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Gerindra menjadi sorotan lebih keras karena pendukungnya membela Prabowo atas nama umat.
Riza Iqbal dalam tulisannya yang dikutip redaksiindonesia.com mengatakan, kasus mahar La Nyalla membuka siapa gerakan 212.
Aksi 212 yang selalu diklaim bela agama, ternyata ada agenda politik dengan hadirnya Garda 212 yg didirikan Idrus Sambo. Namun kroninya, Novel Bamukmin mengatakan, Garda 212 tidak ada hubungannya dengan alumni 212.
Riza menuturkan, alumni 212 dulu kompak menuduh Jokowi sebagai pemecah umat Islam. Namun sekarang terlihat, alumni 212 yang memecah umat demi tujuan kekuasaan. Mereka menjadi berbeda kelompok antara pro dan kontra atas ungkapan Al Khattath yang menyebutkan alumni 212 mengajukan lima calon kepala daerah kepada Gerindra, PKS dan PAN.
Aksi 212 sangat berbahaya bagi dunia demokrasi. Isu SARA yang mereka dengungkan merusak persatuan bangsa. Seharusnya, masyarakat harus lebih peka setelah insiden ini terungkap. Bahwa gerakan itu tidak murni agama namun berbalut politik.